PERKEMBANGANPERS DI INDONESIA
Negara demokrasi adalah negara yang mengikutsertakan partisipasi rakyat dalam pemerintahan serta menjamin terpenuhinya hak dasar rakyat dalam kehidupan berbangsa, dan bernegara. Salah satu hak dasar rakyat yang harus dijamin adalah kemerdekaanmenyampaikan pikiran, baik secara lisan maupun tulisan.Pers adalah salah satu sarana bagi warga negara untuk mengeluarkan pikiran dan pendapat serta memiliki peranan penting dalam negara demokrasi. Pers yang bebas dan bertanggung jawab memegang peranan penting dalam masyarakat demokratis dan merupakansalah satu unsur bagi negara dan pemerintahan yang demokratis. Menurut Miriam Budiardjo, bahwa salah satu ciri negara demokrasi adalah memiliki pers yang bebas dan bertanggung jawab.
A.Pengertian Pers
Ada 2 pengertian tentang pers, yaitu sbb :
- dalam arti sempit ; Pers adalah media cetak yang mencakup suratkabar,koran,majalah, tabloid, dan buletin-buletin pada kantor berita.
2. Dalam arti luas ; Pers mencakup semua media komunikasi, yaitu
mediacetak, mediaaudio visual, dan media elektronik. Contohnya radio,
televisi, film, internet, dsb.
B.Sejarah perkembangan pers dunia (Eropa)
Sejarah perkmbangan pers di dunia khusunya di eropa tak pernah jauh merupakancerminan dari pada zaman Romawi dan ditandai dengan lahir wartawan-wartawan pertama. Wartawan-wartwan ini terdri atas budaj-budak belian yang leh pemiliknya diberitugas mengumpulkan informasi, berita-berita, bahkan juga menghadiri sidang-sidangsenat dan melaporkan semua hasilnya baik secara lisan maupun tulisan.Surat kabar cetakan pertama baru terbit pada tahun 911 di Cina. Namanya King Pau,Surat kabar milik pemerintah yang diterbitkan dengan suatu peraturan khusus dari Kaisar Quang Soo ini, isinya adalah keputusan-keputusan rapat-rapat permusyawaratan dan berita-berita dari istana.
Di Eropa, sebenarnya surat kabar cetakan terbit untuk pertama kalinya dan siapa penerbitnya, tidak begitu jelas. Tetapi pada thaun 1605 Abraham Verhoeven diAntwerpen Belgia, mendapat izin untuk mencetak Nieuwe Tihdininghen. Baru pada tahun1617 selebaran ini terbit dengan teratur yaitu 8-9 hari seklai. Tahun 1602 sudah memakinomor urut dan nama yang tetap Nieuwe Tijdininghem.
Di Jerman, terbit surat kabar pertama bernama Avisa Relation Order Zeitung pada 1609. pada tahun yang sama juga terbit surat kabar Relations di Strassburg. Surat kabar iniditerbitkan oleh Johan Carolus. Di Belanda, surat kabar tertua bernama Coyrante uytItalien en Duytschland terbit pada 1618. surat kabar ini diterbitkan oleh Caspar VanHilten di Amsterdam. Di Inggris, surat kabar pertama bernama Curant of General newsterbit pada 1662. Di Perancis, pemerintah menerbitkan surat kabar Gasete de France pada1631. di Itali sudah ada surat kabar pada 1636.2
C.Perkembangan Pers di Indonesia
Sejarah perkembangan pers di Indonesia tidak terlepas dari sejarah politik Indonesia.Pada masa pergerakan sampai masa kemerdekaan, pers di Indonesia terbagi menjadi 3golongan, yaitu pers Kolonial, pers Cina, dan pers Nasional.
- Pers Kolonial adalah pers yang diusahakan oleh orang-orang Belanda di Indonesia pada masa kolonial/penjajahan. Jurnalistik pers mulai dikenal pada abar 18,tepatnya pada 1744, ketika sebuah surat kabar berama Bataviasche Nouvellesditerbitkan dengan penguaaan orang-orang Belanda. Pada tahun 1776 , juga diJakarta, tebit surat kabar Vendu Views yang mengutamakan diri pada berita pelelangan. Menginjak abad ke 19, terbit berbagai surat kabar lainnya yangkesemuanya masih dikelola oleh orang-orang Belanda. Pers kolonial meliputisurat kabar, majalah, dan koran berbahasa Belanda, daerah atau Indonesia yang bertujuan membela kepentingan kaum kolonialis Belanda.
- Pers Cina adalah pers yang diusahakan oleh orang-orang Cina di Indonesia. PersCina meliputi koran-koran, majalah dalam bahasa Cina, Indonesia atau Belandayang diterbitkan oleh golongan penduduk keturunan Cina.
- Pers Nasional adalah pers yang diusahakan oleh orang-orang Indonesia terutamaorang-orang pergerakan dan diperuntukkan bagi orang Indonesia. Pers inibertujuan memperjuangkan hak-hak bangsa Indonesia di masa penjajahan.Tirtohadisorejo atau Raden Djokomono, pendiri surat kabar mingguan MedanPriyayi yang sejak 1910 berkembang menjadi harian, dianggap sebagai tokoh pemrakarsa pers Nasional.Sedangkan surat kabar pertama sebagai untuk kaum pribumi dimulai pada 1854 ketikamajalah Bianglala diterbtikan, disusul oleh Bromartani pada 1885, kedua di Weltevreden,dan pada tahun 1856 terbit Soerat Kabar bahasa Melajoe di Surabaya.Sejarah jurnalistik pers pada abad 20, ditandai dengan munculnya surat kabar pertamamilik bangsa Indonesia, namanya Medan Prijaji, terbit di Bandung. Surat kabar iniditerbitkan dengan modal dari bangsa Indonesia untuk Indonesia. Medan Prijaji yangdimiliki dan dikelola oleh Tirto Hadisuryo alias Raden Mas Djikomono ini pada mulanya,1907, terbentuk mingguan. Baru tiga minggu kemudian, 1910 berubah menjadi harian.Tirto Hadisurjo inilah yang dianggap sebagai pelopor yang meletakan dasar-dasar jurnalistik modern di Indonesia, baik dalam cara pemberitaan maupun dalam cara pembuatan karangan dan ikatanSetelah proklamasi kemerdekaan, 1945, pers Indonesia menikmati masa bulan madu.Di Jakarat dan di berbagai kota, bermunculan surat kabar baru, pada masa ini, persnasional bias disebut meujukan jatidirinya sebagai pers perjuangan. Orientasi metekahanya bagaiaman mengamankan dan mengisi kekosongan kemerdekaan. Lain tidak. Bagi pers saat itu, tidak ada tugas yang mulia kecuali mengibarkan merah peutih setinggi-tingginya.A.Tahun 1945 – 1950-anPada masa ini, pers sering disebut sebagai pers perjuangan. PersIndonesiamenjadisalah satu alat perjuangan untuk kemerdekaanbangsa Indonesia. Beberapa harisetelah teks proklamasi dibacakanBung Karno, terjadi perebutan kekuasaan dalam berbagai bidangkehidupan masyarakat, termasuk pers. Hal yangdiperebutkanterutama adalahperalatan percetakan.Pada bulan September-Desember 1945, kondisi pers RI semakin kuat, yangditandaioleh mulai beredarnya koran Soeara Merdeka (Bandung), BeritaIndonesia (Jakarta), Merdeka, Independent, Indonesian News Bulletin, WartaIndonesia, dan The Voice of Free Indonesia.B.Tahun 1950 – 1960-anPers pada masa ini lebih banyak memerankan diri sebagaicorong atau terompet partai- partai politik besar. Era inilah yangdisebut era pers partisan. Dalam era ini pers Indonesia terjebak dalam polesekterian. Secara filosofispers tidak lagi mengabdikepada kebenaran untukrakyat, melainkan kepada kemenanganuntuk pejabat partai.Sejak DekritPresiden 1 Juli 1959, pers nasional memasukimasa gelap gulita,setiap perusahaan penerbitan pers diwajibkan memiliki surat izin terbit(SIT). Lebih parahlagi, setiap surat kabar diwajibkan menginduk (berafiliasi)pada organisasi politik atauorganisasi massa.Masa ini merupakan masapemerintahan parlementer atau masa demokrasi liberal.Pada masademokrasi liberal, banyak didirikan partai politik dalamrangkamemperkuat sistem pemerintah parlementer. Pers, padamasa itu merupakan alat propaganda dari Par-Pol. Beberapapartai politik memiliki media/koran sebagaicorong partainya. Padamasa itu, persdikenal sebagai pers partisipan.C.Tahun 1970-anOrde baru mulai berkuasa pada awal tahun 1970-an. Pada masa itu,pers mengalamidepolitisasi dan komersialisasi pers. Padatahun1973, Pemerintah Orde Barumengeluarkan peraturan yangmemaksa penggabungan partai-partai politik menjaditiga partai, yaituGolkar, PDI, dan PPP. Peraturan tersebut menghentikanhubungan partai-partai politik dan organisasi massa terhadappers sehingga pers tidak lagimendapat dana dari partai politik.D.Tahun 1980-anPada tahun 1982, Departemen Peneranganmengeluarkan Peraturan MenteriPenerangan No. 1 Tahun 1984tentang Surat Izin Usaha Penerbitan Pers (SIUPP).Dengan adanya SIUPP,sebuah penerbitan pers yang izin penerbitannya dicabut olehDepartemenPenerangan akan langsung ditutup oleh pemerintah. Oleh karena itu,perssangat mudah ditutupdandibekukan kegiatannya.Pers yang mengkritikpembangunan dianggap sebagai pers yangberani melawan pemerintah. Pers sepertiini dapatditutup dengan caradicabut SIUPP-nya.E.Tahun 1990-anPada tahun 1990-an, pers di Indonesia mulai melakukan repolitisasi lagi.Maksudnya, pada tahun 1990-an sebelum gerakan reformasi danjatuhnya Soeharto, pers diIndonesia mulai menentangpemerinahdengan memuat artikel-artikel yang kritisterhadaptokoh dankebijakan Orde Baru. Pada tahun 1994, adatigamajalahmingguan yang ditutup, yaitu Tempo, DeTIK, dan Editor.F.MasaReformasi (1998/1999) – sekarangSeperti biasa, setiap kali suatu rezim tumbang, disitulah persmenikmati masa bulanmadu. Kelahiran orde reformasi sejak pukul 12.00 siang,kamis 21 Mei 1998 setelahSuharto menyerahkan jabatan presiden kepadawakilnya B.J. Habibie, disambutdengan suka cita. Terjadilah euphoria dimana-mana. Kebebasan jurnalistik berubahsecar drastis menjadikemerdekaan jurnalistik, Departemen Penerangansebagaimalaikat pencabut nyawa pers, dengan serta merta dibubarkan.Dalamera reformasi, kemerdekaan pers benar benar dijamin dansenantiasadiperjuangkan untuk diwujudkan. Pada masa ini terbentuk UUNomor 40 Tahun 1999tentang Pers. Era reformasi ditandai denganterbukanya keran kebebasan informasi.Di dunia pers, kebebasan ituditunjukkan dengan dipermudahnya pengurusan SIUPPSebelum tahun 1998,proses untuk memperoleh SIUPP melibatkan 16 tahap, tetapidenganinstalasi Kabinet BJ. Habibie proses tersebut melibatkan 3 tahap saja.Semuakomponen bangsa memilki komitmen yang sama: pers harushidup danmerdeka. Hidup menurut kaidah manajamen danperusahaan sebagai lembaga ekonomi.Merdeka menurut kaidahdemokrasi, hak asasi manusia, dan tentu sajasupemasi hukum.
Berdasarkan perkembangan pers tersebut, dapat diketahui bahwa pers di Indonesia
senantiasa berkembang dan berubah sejalan dengan tuntutan perkembangan zaman. Pers di
Indonesia telah mengalami beberapa perubahan identitas. Adapun perubahan-perubahan tersebut adalahsbb :
1.Tahun 1945-an, pers di Indonesia dimulai sebagai pers perjuangan.
2.Tahun 1950-an dan tahun 1960-an menjadi pers partisan yang mempunyai
tujuansama dengan partai-partai politik yang mendanainya.
3.Tahun 1970-an dan tahun 1980-an menjadi periode pers komersial, dengan
pencariandana masyarakat serta jumlah pembaca yang tinggi
4.Awal tahun 1990-an, pers memulai proses repolitisasi.
5.Awal reformasi 1999, lahir pers bebas di bawah kebijakan pemerintahan BJ.
Habibie,yang kemudian diteruskan pemerintahan Abdurrahman
Wahid dan MegawatiSoekarnoputri, hingga sekarang ini.